Kisah Mualaf: Aku Masuk Islam Setelah Jenuh Kehidupan Malam
Kamis, 15 Juli 2021
Tulis Komentar
Misalnya, kejadian yang aku alami. Namaku Aldilo Wongso. Aku menemukan hidayah Allah saat aku merasa bosan dengan kehidupan malamku.
Bisa dibilang, dulu aku adalah seorang yang cukup nakal. Sebab, aku jarang pulang dan suka minum alkohol.
Kehidupanku dulu penuh dengan pesta di dunia malam. Gemerlap lampu dan musik keras, sudah jadi bagian hidupku.
Namun, perlahan aku merasa jenuh dengan kehidupan seperti itu. Tak hanya itu, aku juga merasa uangku terbuang cuma-cuma.
Berangkat dari kejenuhan tersebut, aku pun berusaha mencari ketenangan. Di saat itu, aku juga mempelajari dasar-dasar dari agama lain.
Hal aku lakukan karena selama ini aku belum meyakini agama. Hingga pada akhirnya, aku menemukan agama Islam.
Aku pun berusaha untuk mempelajari agama Islam. Hingga pada akhirnya, Aku mengucapkan dua kalimat syahadat pada akhir Mei 2020.
Beruntungnya, keputusanku untuk memeluk agama Islam tidak ditentang oleh orang tuaku. Bahkan, Mamaku mendukung keputusanku.
Mamaku menerima keputusanku dengan ikhlas. Sebab, kata Mama, semua agama punya tujuan yang sama, yakni untuk kebaikan.
Beliau pun berpesan agar aku selalu bersikap baik kepada siapa pun. Tak hanya kepada saudara, tapi juga ke orang yang tak aku kenal sekali pun.
Setelah menjadi mualaf, aku belajar salat dan mengaji dengan kedua kakakku. Kebetulan, kedua kakakku juga mengambil keputusan yang sama denganku, yakni menjadi mualaf.
Suatu hari, saat salat zuhur, empat rakaat sudah selesai. Namun, ternyata aku baru ingat. Ternyata aku masih pakai celana pendek.
Akhirnya saat itu aku kembali mengulangi salat zuhur. Tak ada maksud sengaja, karena aku benar-benar lupa.
Aku pun merasa sangat beruntung, karena di bulan ini aku bisa menjalankan ibadah puasa. Aku juga sangat menantikan saat salat tarawih bersama.
Kalau bicara soal puasa, ada kejadian yang cukup membekas di ingatanku. Dulu, sebelum resmi menjadi mualaf. Aku pernah ikut berpuasa.
Saat sahur, ternyata di rumah tak ada makanan. Hanya ada daging babi. Aku lantas memasak dan memakannya.
Namun, itu dulu, sebelum aku memeluk agama Islam. Kini, tentu aku sudah tahu apa yang dilarang di agamaku.
Di bulan Ramadan ini, aku berusaha untuk terus memperbaiki diri.
Terlebih, di bulan yang istimewa ini, semua amal ibadah dilipat gandakan pahalanya. (*)
Belum ada Komentar untuk "Kisah Mualaf: Aku Masuk Islam Setelah Jenuh Kehidupan Malam"
Posting Komentar